
SUARAINDONESIA.ORG – Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia tak boleh lagi tertinggal dalam arus Industri 4.0. Ia menilai, digitalisasi bukan sekadar pilihan, tetapi keharusan jika Indonesia ingin bersaing di panggung manufaktur dunia.
“Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita bereskan agar percepatan transformasi 4.0 benar-benar terjadi di lini produksi industri,” ujarnya saat membuka Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 di JCC Senayan, Rabu (17/9).
Agus menegaskan, penerapan teknologi digital seperti Kecerdasan Buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) telah membuktikan dampak besar di industri manufaktur.
Data dari 29 perusahaan yang ditetapkan pemerintah sebagai lighthouse industry 4.0 memperlihatkan peningkatan signifikan di berbagai lini operasional maupun keuangan.
Kecepatan produk menuju pasar (speed to market) melonjak antara 2 hingga 600 persen, menandakan percepatan proses produksi dan distribusi yang luar biasa. Ketangkasan perusahaan (agility) juga meningkat 10 sampai 50 persen, mencerminkan kemampuan adaptasi yang kian luwes menghadapi dinamika pasar.
Dari sisi produktivitas, lonjakan hingga 101 persen memperlihatkan bahwa penerapan teknologi digital mampu memangkas inefisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya. Peningkatan kinerja ini turut mendorong pertumbuhan pendapatan perusahaan, yang tercatat naik antara 4 hingga 200 persen.
Tak hanya berdampak pada kinerja finansial, pengalaman pelanggan pun membaik 2 hingga 9 persen, menunjukkan pelayanan yang semakin responsif dan berkualitas. Selain itu, upaya keberlanjutan turut mengalami kemajuan dengan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 190 persen, mempertegas komitmen industri nasional terhadap pembangunan berkelanjutan.
“Ini bukti bahwa transformasi digital bukan jargon, tapi nyata memberikan lompatan besar,” tegas Agus.
Meski manfaatnya jelas, Agus menyoroti masih banyak perusahaan yang memandang transformasi digital sebagai biaya (cost), bukan investasi jangka panjang.
“Ini tantangan klasik. Sama seperti ketika kita dorong industri hijau, masih banyak yang menganggapnya beban. Padahal seharusnya dilihat sebagai investasi masa depan,” katanya.
Senada, Andi Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, menyebut biaya transformasi akan terbayar lewat peningkatan efisiensi, produktivitas, dan penurunan emisi. “Ini investasi strategis, bukan cost semata,” tegas Andi.
Agus menutup dengan ajakan agar pelaku industri berani bertransformasi ke 4.0 demi masa depan industri nasional yang tangguh dan berkelanjutan.
“Penguatan daya saing digital bukan hanya penting untuk sektor manufaktur, tapi juga untuk membangun ekonomi nasional yang lebih kokoh,” pungkasnya.




