SUARAINDONESIA.ORG,.- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur menunjukkan keyakinan yang kuat terhadap keberlangsungan industri jasa keuangan di wilayahnya, meskipun terdapat tantangan besar yang dihadapi, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan transisi pemerintahan baru.
Kepala OJK Jatim, Yunita Linda Sari, menegaskan bahwa kinerja industri ini pada akhir tahun 2024 diperkirakan akan tumbuh positif.
Dalam wawancara eksklusif, Yunita menyatakan, “Kami meyakini bahwa industri jasa keuangan di Jawa Timur akan stabil, didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai.” Optimisme ini sangat penting di tengah ancaman perlambatan perekonomian global dan persiapan pemilihan kepala daerah serentak (PILKADA) yang dapat mempengaruhi iklim investasi.
Data terbaru yang dirilis oleh OJK Jatim menunjukkan rasio kecukupan modal (CAR) yang sehat di sektor perbankan. Pada bulan Juli 2024, CAR untuk bank umum mencapai 28,2%, sementara BPR dan BPRS masing-masing mencatatkan angka 39,79% dan 28,59%. Semua rasio ini berada di atas ambang batas minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Likuiditas juga menjadi fokus utama. OJK Jatim mencatatkan AL/DPK di angka 20,47%, AL/NCD mencapai 97,11%, serta CR BPR dan BPRS masing-masing di angka 20,08% dan 33,03%. Angkaangka ini menunjukkan bahwa sektor jasa keuangan tidak hanya stabil tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam konteks yang lebih luas, Yunita menyoroti pentingnya peran industri jasa keuangan dalam mendukung perekonomian daerah.
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa masyarakat dan pelaku usaha dapat terus memanfaatkan layanan keuangan dengan baik,” ujarnya.
Lebih jauh, Yunita membeberkan data, pertumbuhan ekonomi provinsi ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada triwulan II 2024, ekonomi Jawa Timur tercatat tumbuh 4,98% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 4,81% (yoy).
Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan signifikan dalam konsumsi pemerintah, yang melonjak dari -23,43% pada triwulan pertama menjadi 19,31% di triwulan kedua . S e l a i n itu, realisasi investasi mencapai Rp71,7 triliun, tumbuh 17,3%, menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi ketiga di Indonesia setelah Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Ditegaskannya, sektor jasa keuangan berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Sektor perbankan, misalnya, mencatatkan pertumbuhan total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit masing-masing sebesar 7,79% (yoy), 7,19%, dan 6,16%. Pertumbuhan kredit ini didukung oleh Non-Performing Loan (NPL) yang terjaga, tercermin dari NPL-nett yang stabil di angka 1,9%.
Di sektor pasar modal, pertumbuhan jumlah investor juga menunjukkan tren positif. Jumlah rekening Sistem Informasi Dana (SID) tumbuh 15,07% (yoy), dengan kepemilikan saham meningkat sebesar 2,35%. Dalam upaya mendukung investasi di Jawa Timur, terdapat 54 emiten yang telah go public, mengumpulkan total dana sebesar Rp13,68 triliun selama tahun 2024. Selain itu, 24 calon emiten kini berada dalam program IDX Incubator, di mana mereka dibimbing untuk dapat melantai di Bursa Efek Indonesia.
“Dukungan OJK tidak hanya terfokus pada perusahaan besar. Untuk mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), OJK juga memperkenalkan alternatif pembiayaan melalui Securities Crowd Funding (SCF),” ungkapnya.
Hingga Juli 2024, kinerja SCF di Jawa Timur menunjukkan perkembangan yang signifikan, dengan jumlah pemodal mencapai 8.256 (tumbuh 3,90% yoy) dan 27 penerbit (tumbuh 8,00% yoy).
Total dana yang terhimpun mencapai Rp37,65 miliar (tumbuh 7,78% yoy), didominasi oleh penghimpunan saham yang mencapai Rp28,38 miliar (75,38%).
“Pertumbuhan yang solid di berbagai sektor, OJK Jatim berkomitmen untuk terus mendukung perkembangan industri jasa keuangan dan memperkuat fondasi ekonomi Jawa Timur,” ujarnya.
“Optimisme ini tidak hanya memberikan harapan bagi pelaku usaha besar tetapi juga membuka peluang bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang,” pungkasnya.