Tol Semarang-Demak bukan sekadar jalur transportasi, melainkan solusi berkelanjutan yang mengintegrasikan infrastruktur, lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

SUARAINDONESIA.ORG,. – Proyek Tol Semarang-Demak yang dikelola oleh PT PP Semarang Demak (PPSD) terus menunjukkan kemajuan signifikan. Ruas tol ini bukan sekadar jalur penghubung Semarang dan Demak, tetapi juga menjadi solusi strategis dalam mengatasi banjir rob, meningkatkan efisiensi transportasi, serta membuka peluang ekonomi baru di kawasan sekitarnya.
Direktur Utama PT PP Semarang Demak, Siswantono, mengungkapkan, progres pembangunan Seksi 1 (Semarang-Sayung) berjalan sesuai rencana meskipun sempat mengalami hambatan akibat cuaca ekstrem pada Desember–Januari lalu. “Saat ini, konstruksi berjalan lancar dan progres pembebasan lahan telah mencapai 93,59% per 7 Februari 2025 Dengan koordinasi yang solid antara Kementerian PUPR, konsultan, dan kontraktor, proyek ini diharapkan selesai dan beroperasi penuh pada awal 2027,” ujarnya dalam wawancara dengan Suara Indonesia.

Sebelum adanya tol ini, kawasan Sayung dan Kaligawe kerap dilanda banjir rob yang terjadi sebulan sekali dan bisa bertahan hingga satu bulan penuh. Akibatnya, jalur transportasi Semarang-Demak sering lumpuh, menyebabkan kemacetan parah dengan antrean kendaraan mencapai 5 km.”Dalam kondisi banjir dan rob, perjalanan 10 km dari Sayung ke Semarang bisa memakan waktu hingga 2 jam. Ini jelas merugikan masyarakat, terutama dari segi waktu, biaya operasional kendaraan, dan konsumsi bahan bakar,” jelas
Siswantono.
Tol Semarang-Demak juga menjadi proyek inovatif pertama di Indonesia yang menggunakan matras bambu dalam proses konstruksinya.”Banyak masyarakat mengira bambu digunakan sebagai pengganti besi atau beton dalam struktur tol. Padahal, matras bambu hanya digunakan sebagai platform atau penahan material pasir saat proses penimbunan,” jelas Siswantono.
Hadirnya Tol Semarang-Demak akan menjadi solusi permanen atas permasalahan ini. Tol sepanjang 26,4 km ini akan memangkas waktu tempuh menjadi hanya 20 menit dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam. Efisiensi ini akan berdampak besar pada sektor transportasi, distribusi logistik, serta akses menuju Pelabuhan Tanjung Emas, Bandara Ahmad Yani, dan Tol Trans Jawa.
Teknik ini memungkinkan timbunan pasir dilakukan bertahap hingga enam lapis, dengan tujuan mengendalikan penurunan tanah secara seragam. Ini menjadi solusi penting karena kawasan ini merupakan daerah land subsidence atau wilayah dengan tingkat penurunan muka tanah yang cukup tinggi.
Selain itu, tol ini dibangun pada elevasi 6 meter di atas permukaan laut tertinggi, sehingga aman dari rob dan ombak laut. Ditambah dengan kolam retensi berkapasitas besar yang dilengkapi pompa air untuk mengalirkan kelebihan air ke laut, kawasan ini akan lebih tahan
terhadap risiko banjir di masa depan.
Tol ini tidak hanya menjadi infrastruktur transportasi, tetapi juga berfungsi sebagai motor penggerak ekonomi bagi wilayah sekitar. “Dengan bebasnya daerah ini dari rob, akan ada lebih banyak investasi masuk. Rest area di tepi laut juga berpotensi menjadi daya tarik
wisata baru, sementara kolam retensi bisa dikembangkan menjadi kawasan ekowisata,” tambah Siswantono.
Sebagai operator jalan tol, PT PP Semarang Demak berkomitmen untuk tidak hanya membangun tol secara fisik, tetapi juga memastikan kualitas layanan yang optimal bagi pengguna jalan.
Saat tol ini beroperasi penuh, PPSD akan menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang mencakup, kelancaran arus lalu lintas dengan pengelolaan sistem tol yang efisien. Keamanan pengguna jalan dengan penerapan teknologi pemantauan lalu lintas. Kenyamanan berkendara melalui fasilitas rest area modern dan layanan darurat yang cepat
dan responsif.
Saat ini, Seksi 2 (Sayung-Demak) telah beroperasi dengan menerapkan standar tersebut, dan hal yang sama akan diterapkan di Seksi 1 saat mulai beroperasi nanti.”Kami terus berkoordinasi dengan Kementerian PUPR serta melakukan pengawasan ketat agar proyek ini selesai tepat waktu dan sesuai standar. Dengan dukungan semua pihak, Tol Semarang-Demak akan menjadi ikon infrastruktur yang tidak hanya menghubungkan dua kota, tetapi juga melindungi dan memberdayakan masyarakat,” tutup Siswantono. (SI)