
SUARAINDONESIA.ORG – Indonesia kembali menegaskan posisi tegasnya dalam isu Rohingya. Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan bahwa penyelesaian krisis Rohingya tidak bisa dilepaskan dari akar persoalan politik dan kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam High-Level Conference on the Situation of Rohingya Muslims and Other Minorities in Myanmar yang digelar di sela Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York, Selasa (30/9/2025).
“Penyelesaian menyeluruh hanya dapat dicapai dengan mengatasi akar permasalahan melalui dialog inklusif, sejalan dengan Five-Point Consensus,” tegas Sugiono dalam pernyataan resmi Kemenlu RI.
Menlu RI juga menyoroti kerentanan pengungsi Rohingya yang kerap menjadi sasaran jaringan kejahatan transnasional, seperti perdagangan orang dan penyelundupan manusia. Indonesia, katanya, akan bertindak tegas terhadap pelaku kejahatan lintas batas tersebut, namun mengingatkan tidak ada satu negara pun yang bisa menyelesaikan masalah ini sendirian.
Sugiono mendorong peran ASEAN dan Bali Process diperkuat sebagai platform regional untuk menangani migrasi tidak teratur sekaligus melindungi kelompok rentan. Indonesia juga menyerukan kolaborasi erat dengan UNODC, UNHCR, serta IOM untuk memastikan dukungan berkelanjutan bagi negara penerima pengungsi.
Tak hanya itu, Indonesia mendesak negara-negara pihak Konvensi Pengungsi 1951, khususnya negara maju, agar membuka akses resettlement lebih luas di negara ketiga.
“Sudah delapan tahun pengungsi Rohingya hidup dalam ketidakpastian. Jangan biarkan ini menjadi dekade keputusasaan. Komunitas internasional harus berbagi tanggung jawab,” ujar Sugiono.
Konferensi ini diselenggarakan atas mandat Resolusi PBB 79/182 untuk memobilisasi dukungan politik dan menyusun rencana aksi nyata demi perlindungan HAM serta repatriasi Rohingya secara sukarela, aman, dan bermartabat.
Sementara itu, Bangladesh yang menampung ratusan ribu pengungsi di Cox’s Bazar juga menegaskan komitmennya menekan Myanmar dan Tentara Arakan agar menghentikan kekerasan dan membuka jalan bagi repatriasi berkelanjutan dengan pemantauan internasional.
Dengan dukungan global yang lebih solid, Indonesia berharap krisis Rohingya tidak lagi menjadi isu berkepanjangan, melainkan pintu menuju solusi permanen demi masa depan yang lebih manusiawi.