Sabtu, September 6, 2025
spot_img

Komitmen Nyata Nurinda Untuk Kemandirian Industri Nasional

Direktur Utama PT Nurinda Suwardi Setiawan (Kanan).

SUARAINDONESIA.ORG,. – PT Nurinda tampil percaya diri. Sebagai salah satu pemain kunci di bisnis metal forming dan integrasi sistem kelistrikan di tanah air, Nurinda punya komitmen kuat dalam meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Direktur Utama PT Nurinda Suwardi Setiawan pun menegaskan kalau perusahaan yang dipimpinnya mendukung penuh kebijakan program TKDN yang tengah digaungkan oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto “Saya sangat-sangat mendukung sekali program pemerintah kita untuk TKDN,” ungkap Suwardi dalam wawancara eksklusif bersama Suara Indonesia.

Apalagi, Nurinda sudah memiliki Sertifikat Sistim Pengawasan Mutu (SPM) dari lembaga yang berwenang mengawasi Mutu Produk Kelistrikan. Artinya Nurinda benar-benar melakukan proses manufaktur atau produksi di dalam negeri, bukan sekadar merakit atau bertindak sebagai distributor. Sertifikat ini dikeluarkan oleh anak perusahaan PLN yang
bernama PLN Pusertif, dan menjadi acuan penting dalam penilaian apakah sebuah produk layak mendapat pengakuan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) dalam konteks proses produksi nyata. “Ini penting, karena produksi dalam negeri itu bukan cuma soal komponen, tapi juga tentang lapangan kerja, multiplier effect, dan keberlangsungan ekosistem industri nasional,” tandas Suwardi meyakinkan.

Menurutnya, konsep TKDN sering kali disalahpahami sebagai “tingkat produksi dalam negeri”, padahal sebenarnya adalah “tingkat komponen dalam negeri”, yang tidak selalu mencerminkan aktivitas produksi riil. “Sering kali kita temui praktik ‘TKDN washing’, yaitu ketika produk dinyatakan tinggi TKDN-nya, padahal proses produksinya minim atau bahkan tidak ada di Indonesia,” jelasnya.

Dalam menyikapi permasalahan ini, Suwardi mengaku aktif menyuarakan masukan kepada kementerian terkait, seperti Kementerian Perindustrian, Perdagangan, dan BKPM. Ia berharap ke depan regulasi TKDN bisa lebih diselaraskan dengan realitas di lapangan, serta melibatkan lebih banyak komunikasi dengan asosiasi pelaku industri.

Sebagai perusahaan yang juga tergabung dalam asosiasi industri, Nurinda menilai pentingnya keterlibatan organisasi kolektif sebagai corong komunikasi antara pemerintah dan pelaku usaha. “Pelaku usaha banyak, tidak mungkin semua didengar satu per satu. Maka asosiasi seharusnya jadi jembatan resmi. Kami siap, tinggal mau atau tidak pemerintah mengajak bicara,” tegasnya.

Nurinda sendiri telah mengambil langkah konkret melalui berbagai inovasi produk, seperti pengembangan panel inverter hybrid untuk sistem energi surya dan genset. Inovasi ini bertujuan untuk mendukung transisi energi bersih sembari menjaga kekuatan produksi nasional. Selain itu, kolaborasi strategis dengan PT CHINT Indonesia dalam memproduksi
panel kubikel listrik menunjukkan keseriusan PT Nurinda memperkuat kapasitas dalam negeri di sektor kelistrikan.

“Produk kami sebagian besar adalah sistem kelistrikan, seperti LVMDP, PHBTR, dan panel kontrol, baik untuk tegangan rendah maupun menengah. Kami tahu bahwa tidak semua komponen bisa diproduksi di Indonesia, seperti beberapa bagian semikonduktor atau komponen presisi tinggi, tapi kami selalu upayakan TKDN kami semaksimal mungkin,” tutur Suwardi.

Dalam praktiknya, Nurinda memiliki beberapa lini produksi dengan capaian TKDN yang bervariasi. Untuk produk seperti PHBTR (Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah), TKDN bisa mencapai 60%. Sementara untuk produk sambungan kabel tegangan menengah, capaian masih berkisar 23%–28% karena keterbatasan bahan baku dalam negeri. “Kami terus berupaya meningkatkan angka ini, tapi harus realistis dan tetap menjaga mutu produk,” ujarnya.

Suwardi juga menyoroti perlunya penyempurnaan metode perhitungan TKDN yang selama ini justru dapat merugikan perusahaan yang melakukan investasi besar. “Kalau saya beli mesin canggih untuk efisiensi produksi, malah dihitung sebagai komponen luar negeri. Ini tidak fair. Harusnya investasi dihitung sebagai bentuk komitmen terhadap produksi dalam
negeri,” jelasnya. Ia menyambut baik kabar bahwa sistem perhitungan TKDN sedang direvisi oleh pemerintah.

Nurinda, yang berdiri sejak 1994, telah melayani berbagai kebutuhan industri, mulai dari PLN hingga sektor swasta. Produk-produknya seperti AMR Panel, LVMDP, Gardu Bergerak, hingga inovasi iGenset telah banyak digunakan untuk sistem distribusi tenaga listrik di seluruh Indonesia. Suwardi menyebut bahwa dengan kekuatan riset, desain sistem, dan penguasaan terhadap metal forming, PT Nurinda siap menjadi garda terdepan dalam industri manufaktur kelistrikan nasional. “Kami di Nurinda percaya bahwa masa depan industri Indonesia ditentukan oleh seberapa besar keberanian kita untuk membangun dari dalam negeri, bukan dari luar,” tutupnya. (Jay)

EKONOMIKorporasiKomitmen Nyata Nurinda Untuk Kemandirian Industri Nasional
- Advertisement -spot_img

TERKINI

- Advertisement -spot_img