SUARAINDONESIA.ORG – PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam mendorong integrasi sistem kelistrikan hijau lintas negara di Asia Tenggara melalui pembangunan ASEAN Power Grid. Agenda ini dibahas dalam The 41st Heads of ASEAN Power Utilities/Authorities (HAPUA) Council Meeting yang berlangsung di Labuan Bajo, NTT, Jumat (3/10).
Executive Director ASEAN Centre for Energy (ACE), Ir. Ts. Abdul Razid Dawood, menyebut ASEAN Power Grid sebagai tonggak penting bagi kawasan untuk mewujudkan energi bersih yang terjangkau dan berkelanjutan. “Program ini akan meningkatkan ketahanan energi seluruh negara ASEAN, sekaligus memastikan keterjangkauan dan keberlanjutan energi demi menekan emisi karbon,” katanya.
Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar, menambahkan hasil HAPUA akan menjadi fondasi ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) Phase III 2026–2030. Fase ini menekankan kolaborasi lintas sektor, transformasi energi yang adil, dan peningkatan ketahanan energi. Pada 43rd ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), para Menteri Energi ASEAN akan menandatangani Enhanced Memorandum of Understanding on ASEAN Power Grid.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan transformasi energi Indonesia berjalan searah dengan upaya kawasan. Hingga 2034, Indonesia menargetkan tambahan kapasitas pembangkit 69,5 GW, dengan 76 persen di antaranya berbasis energi baru terbarukan (EBT). Tantangan terbesar adalah ketidaksesuaian antara lokasi sumber daya EBT dan pusat permintaan listrik.
Menurut Darmawan, interkoneksi ASEAN menjadi solusi untuk menyeimbangkan sistem dan memperkuat ketahanan energi regional. “Kita tidak bisa menanggungnya sendirian. Jalan ke depan adalah kolaborasi: strategi, teknologi, investasi, baik domestik, regional, maupun internasional,” ujarnya.
Langkah PLN ini menegaskan peran Indonesia sebagai motor penggerak transformasi energi bersih kawasan, sekaligus mendukung target Net Zero Emissions ASEAN.
