Di tengah tantangan global Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di bawah PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dan merupakan bagian dari PT Perkebunan Nusantara (Holding) Persero terus berupaya memperkuat daya saing kelapa sawit Indonesia. Apa yang akan mereka lakukan?

SUARAINDONESIA.ORG,. – Industri kelapa sawit Indonesia saat ini menghadapi tekanan global, terutama dari kebijakan Uni Eropa seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan Renewable Energy Directive II (RED II). Kebijakan ini dianggap diskriminatif karena menuduh minyak kelapa sawit Indonesia sebagai komoditas yang tidak ramah lingkungan dan berisiko tinggi terhadap perubahan penggunaan lahan. Akibatnya, permintaan minyak sawit di pasar Eropa mengalami penurunan signifikan.
Kepala PPKS, Dr. Winarna, dalam wawancara khusus dengan Suara Indonesia menegaskan, riset dan inovasi menjadi kunci utama untuk memastikan industri kelapa sawit nasional tetap berkelanjutan dan kompetitif di pasar global.
Sebagai langkah strategis dalam menjawab tantangan regulasi global, PPKS mendorong percepatan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi seluruh pelaku industri, termasuk petani kecil. ISPO menjadi standar utama keberlanjutan industri sawit Indonesia
agar bisa bersaing di pasar internasional.
Selain itu, PPKS juga melakukan berbagai upaya intensifikasi dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP). Langkah-langkah ini mencakup, penggunaan produk ramah lingkungan seperti pupuk organik dan hayati dalam pemeliharaan tanaman. Selain itu, PPKS juga menerapkan tata kelola lahan yang baik, termasuk memastikan legalitas lahan dan menghindari pembukaan lahan di area hutan atau tumpang tindih dengan hak guna usaha (HGU) perusahaan atau tanah adat. Bahkan upaya yang tidak kalah penting dengan mendorong petani untuk berlembaga melalui program replanting sawit rakyat (PSR) dan sertifikasi ISPO.

“Kami ingin memastikan bahwa industri sawit Indonesia benar-benar berkelanjutan, dari hulu hingga hilir. Oleh karena itu, kami tidak hanya fokus pada penelitian dan inovasi, tetapi juga pendampingan kepada pekebun rakyat agar mereka bisa meningkatkan produktivitas dan memenuhi standar internasional,” jelas Dr. Winarna kepada Suara Indonesia.
Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi industri kelapa sawit, PPKS telah mengembangkan berbagai teknologi unggulan, antara lain: Varietas Klon Nusaklon-1 dan Nusaklon-2. Dua varietas unggulan ini dilepas pada tahun 2024 dan memiliki keunggulan dalam pertumbuhan vegetatif yang seragam serta produktivitas tinggi.
Ada juga Teknologi E-Hara. Teknologi ini memungkinkan prediksi hara daun secara cepat dan akurat, sehingga petani dapat mengoptimalkan pemupukan dan meningkatkan hasil panen. Kemudian Teknologi Nusaklim. Nusaklim adalah sistem analisis dan pemanfaatan data iklim yang membantu perkebunan sawit dalam mengelola kondisi cuaca untuk meningkatkan hasil produksi.
Selain itu, PPKS juga telah melakukan penelitian varietas sawit yang lebih tahan terhadap cekaman lingkungan, seperti varietas PPKS 540 NG, yang memiliki toleransi terhadap penyakit Ganoderma. Penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengembangkan varietas yang lebih tahan terhadap kekeringan dan efisien dalam penyerapan hara.
Salah satu pencapaian terbesar PPKS adalah pengembangan teknologi Pabrik Minyak Makan Merah yang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret 2024 di Sumatera Utara. Minyak makan merah merupakan produk turunan sawit yang bernilai gizi tinggi dan berpotensi menjadi solusi pangan bagi masyarakat serta peluang bisnis bagi UMKM. “Minyak makan merah ini memiliki nutrisi lebih tinggi dibanding minyak goreng biasa, karena masih mengandung karoten dan vitamin E alami. Kami berharap teknologi ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani sawit dan memperkuat ketahanan pangan nasional,” ujar Dr. Winarna.
Selain inovasi di bidang teknologi, PPKS juga berperan dalam pendampingan perkebunan rakyat melalui berbagai program pelayanan, seperti, pendampingan replanting untuk memastikan petani menggunakan bibit unggul dan teknik budidaya terbaik. PPKS juga mengendalikan hama terpadu untuk mengurangi kerugian akibat serangan hama dan penyakit, di tambah pelatihan budidaya sawit agar petani dapat menerapkan teknologi terbaru dan meningkatkan hasil panen. “Kami ingin memastikan petani rakyat mendapatkan akses terhadap inovasi dan teknologi terbaru agar produktivitas mereka meningkat. Dengan demikian, kesejahteraan mereka juga ikut terangkat,” tambah Dr. Winarna.
Terlepas dari berbagai tantangan global, PPKS optimistis bahwa industri kelapa sawit Indonesia dapat terus berkembang dengan inovasi dan tata kelola yang lebih baik. Dengan
memperkuat riset, mengembangkan teknologi baru, serta mendukung sertifikasi ISPO, PPKS berkomitmen untuk menjadikan kelapa sawit Indonesia lebih berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar global.

“Kami percaya bahwa dengan kerja sama semua pihak, baik pemerintah, industri, dan petani, sawit Indonesia tidak hanya akan bertahan tetapi juga semakin kuat di kancah internasional. PPKS akan terus berinovasi dan berkontribusi untuk mewujudkan industri sawit yang ramah lingkungan, berkualitas tinggi, dan mensejahterakan,” tutupnya. (SI)